VOXSULUT – Pengepungan di Bukit Duri: disutradarai Joko Anwar dan berlatar Indonesia pada tahun 2027.
Film ini mengusung genre aksi-thriller dan menyentuh isu sosial yang sangat relevan.
Joko menyoroti diskriminasi dan kekerasan rasial yang masih mengakar dalam masyarakat.
“Baca Juga: Solana Tertahan di Resisten, Ini Level Penentunya“
Lewat narasi tajam, ia menyampaikan keresahan atas kondisi sosial yang mengkhawatirkan.
Penonton akan merasakan ketegangan sejak awal hingga akhir film.
Seorang Guru Terdorong Masuk dalam Konflik Mematikan
Cerita berpusat pada tokoh Edwin, seorang guru pengganti di SMA Duri.
Morgan Oey memerankan Edwin dengan penuh intensitas dan emosi.
Awalnya, Edwin hanya berniat mengajar seperti biasa.
Namun, suasana sekolah ternyata jauh dari normal.
Kondisi memburuk saat konflik besar meledak di dalam lingkungan sekolah.
Edwin harus bertahan hidup di tengah kekacauan dan ancaman nyata.
Kekerasan bukan lagi isu luar, tapi langsung menargetkan mereka yang ada di dalam sekolah.
Film menggambarkan bagaimana tempat belajar berubah menjadi medan pertempuran.
Edwin bukan hanya guru, tetapi juga saksi dan korban dari sistem yang gagal.
Naskah Tersimpan 17 Tahun, Kini Menyentuh Jutaan Penonton
Joko Anwar menulis naskah film ini sejak 17 tahun lalu.
Namun, ia menunggu waktu yang tepat untuk mewujudkannya.
Kolaborasi dengan Amazon MGM Studios membuka jalan produksi film ini.
Ini menjadi kerja sama pertama MGM dengan sineas Asia Tenggara.
Film tayang perdana di Indonesia pada 17 April 2025.
Hanya dalam sepuluh hari, film ini menembus satu juta penonton.
Antusiasme penonton menandakan bahwa isu yang dibahas sangat relevan dan menyentuh.
Aktor Muda Bawa Cerita Menjadi Lebih Emosional
Selain Morgan Oey, film ini didukung deretan aktor muda berbakat.
Omara Esteghlal, Hana Malasan, dan Satine Zaneta memperkuat dinamika karakter.
Mereka menampilkan akting yang jujur, kuat, dan menyentuh.
Emosi tiap karakter terasa nyata dan memengaruhi jalannya cerita.
Penampilan mereka membuat penonton larut dalam situasi yang intens dan mendebarkan.
Tidak ada karakter yang terasa tempelan.
Semua memiliki peran penting dalam memperkuat konflik.
Kritik Sosial Lewat Aksi yang Relevan
Joko Anwar tidak hanya menyuguhkan adegan aksi yang brutal.
Ia menyisipkan pesan sosial yang tajam tentang diskriminasi dan kekerasan struktural.
Melalui setting tahun 2027, Joko mengajak penonton membayangkan masa depan Indonesia.
Namun, masa depan itu tidak jauh berbeda dari kenyataan hari ini.
Film ini menjadi peringatan bahwa sejarah bisa berulang jika masyarakat tidak belajar.
Kekerasan yang terjadi di sekolah mencerminkan konflik yang lebih besar di luar sana.
Penutup: Bukan Sekadar Hiburan, Tapi Seruan
Pengepungan di Bukit Duri bukan film aksi biasa.
Film ini menyuguhkan realita pahit dengan cara yang keras dan jujur.
Joko Anwar mengajak penonton berpikir, merasa, dan bertanya tentang arah negeri ini.
“Baca Juga: Norma: Skandal Keluarga yang Jadi Drama Menegangkan“
Narasi kuat, akting memukau, dan keberanian menyampaikan isu menjadikan film ini layak ditonton.
Bagi yang mencari film dengan makna mendalam, Pengepungan di Bukit Duri patut masuk daftar utama.






