Willie Salim Diduga Sengaja Permalukan Warga Palembang Demi Konten Murahan

Berita, Trending47 Dilihat

Palembang, voxsulut.com – Nama Willie Salim kini jadi buah bibir nasional—bukan karena aksi sosial yang menginspirasi, melainkan karena dugaan eksploitasi terhadap warga Palembang demi konten murahan di media sosial.

Konten rendang 200 kg yang “hilang” dalam waktu 15 menit di Benteng Kuto Besak (BKB) kini berubah menjadi polemik besar yang memalukan dan mencoreng nama baik masyarakat setempat.

Meskipun Willie telah mengunggah video permintaan maaf di akun Instagram-nya, banyak pihak menilai klarifikasi tersebut tidak tulus, bahkan terkesan menyalahkan warga Palembang secara halus.

Lebih ironis lagi, video yang semula diklaim sebagai aksi berbagi di bulan Ramadan justru menampilkan warga berebut makanan yang belum matang—tanpa kontrol, tanpa sistem, dan tanpa rasa tanggung jawab dari pihak penyelenggara.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Willie dan timnya meninggalkan lokasi saat makanan belum selesai dimasak, sementara warga dibiarkan mengambil sendiri rendang dari kuali panas.

Manajernya dikabarkan duduk santai di dekat mobil, dan Willie sendiri mengaku hanya “ke toilet sebentar.” Skenario yang terlalu “kebetulan” untuk tidak disebut sebagai setingan.

Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, secara gamblang menyebut aksi Willie sebagai upaya mencari uang dengan cara mempermalukan warga.

 

“Dia sengaja. Itu orang cari uang,” tegasnya. Hal ini diperkuat oleh kesaksian warga dan aparat bahwa tidak ada upaya serius dari tim Willie untuk menjaga ketertiban saat pembagian makanan berlangsung.

Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, turut mengecam dan meminta klarifikasi resmi. Ia menekankan bahwa niat baik harus disertai cara yang baik, bukan cara yang memicu kegaduhan dan merusak citra kota.

Publik pun mulai mempertanyakan: Apakah ini murni kelalaian atau memang skenario yang dirancang untuk mendulang simpati dan viralitas?

Jika benar Willie Salim sengaja merekam dan memviralkan warga yang sedang kelaparan, berebut makanan mentah, lalu membungkusnya sebagai “bukti antusiasme,” maka ini bukan sekadar konten gagal.

Ini adalah bentuk eksploitasi sosial yang menjijikkan dan tak beretika.

Di tengah bulan suci Ramadan yang seharusnya diisi dengan niat tulus berbagi, Willie Salim justru diduga menodainya dengan narasi yang mempermalukan warga dan mengangkat dirinya sendiri sebagai pahlawan palsu.

Masyarakat berhak marah. Dan Palembang berhak menuntut lebih dari sekadar permintaan maaf setengah hati.(tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *