BRIN Kembangkan Teknologi Nuklir untuk Awetkan Makanan

Teknologi319 Dilihat

VOXSULUT – BRIN Kembangkan Teknologi Nuklir Awetkan Makanan: Banyak orang masih menganggap teknologi nuklir berbahaya, terutama jika digunakan untuk makanan. Tragedi Chernobyl dan Fukushima menjadi alasan utama munculnya ketakutan tersebut.

Namun, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) justru mengembangkan teknologi radiasi untuk mengawetkan makanan. Mereka telah menggunakan metode ini cukup lama, terutama untuk kebutuhan ekspor pangan.

Koordinator Kelompok Riset Radiasi Dekontaminasi BRIN, Murni Indarwatmi, menyebut stigma negatif membuat teknologi iradiasi belum populer di dalam negeri. Padahal, teknologi ini aman dan sangat efektif.

“Baca Juga: Teknologi Fashdu: Metode Pengobatan Alternatif Mirip Donor Darah“

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru ulasan, rekomendasi, dan seputar dunia hiburan, Games, teknologi dan kesehatan baik lokal, nasional, maupun internasional, kamu bisa join di Channel WA VoxSulut.com dengan KLIK DI SINI.

Iradiasi Memperpanjang Umur Simpan dan Menjaga Kualitas Makanan

Fungsi utama iradiasi pangan adalah memperpanjang masa simpan dan menjaga kualitas bahan makanan. Teknologi ini mampu membunuh mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan dan kontaminasi.

Negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman sudah lama menggunakan metode ini. Mereka memanfaatkan iradiasi untuk produk pertanian, hasil laut, hingga rempah-rempah.

Di Indonesia, produk makanan yang sudah melalui proses iradiasi hanya dijual untuk ekspor. Pemerintah belum mengedarkannya di pasar domestik karena masih menunggu penerimaan masyarakat yang lebih luas.

BRIN Bangun Akselerator Elektron untuk Alternatif Aman

Sejak 2022, BRIN mulai mengembangkan alternatif baru melalui teknologi berbasis listrik. Mereka membangun akselerator elektron energi tinggi (AEET) di Kawasan Sains dan Teknologi G.A. Siwabessy, Jakarta Selatan.

Akselerator ini menggunakan berkas elektron berenergi tinggi untuk menyinari makanan. Proses ini tidak menyisakan radiasi dan tidak melibatkan bahan nuklir aktif.

Murni Indarwatmi menyebut pengembangan AEET bertujuan membangun kepercayaan masyarakat. BRIN ingin membuktikan bahwa radiasi berbasis listrik aman dan efisien untuk konsumsi.

Teknologi ini juga ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah radioaktif. Proses sterilisasi berlangsung cepat dan tidak mengubah rasa atau nutrisi makanan.

Edukasi Jadi Kunci Penerimaan Teknologi Iradiasi

Meskipun teknologinya sudah terbukti aman, banyak orang belum memahami perbedaan antara radiasi pangan dan reaktor nuklir. BRIN terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat melalui seminar, media sosial, dan publikasi ilmiah.

Murni menekankan bahwa iradiasi berbeda dengan paparan nuklir dalam konteks bencana. Teknologi iradiasi tidak membuat makanan menjadi radioaktif dan tidak membahayakan tubuh.

BRIN ingin agar masyarakat melihat manfaatnya terlebih dahulu. Dengan pengetahuan yang cukup, publik akan lebih terbuka terhadap penerapan teknologi iradiasi dalam industri makanan.

Iradiasi Berpotensi Jadi Solusi Ketahanan Pangan

Teknologi ini memiliki potensi besar dalam menghadapi tantangan distribusi pangan. Iradiasi membantu mempertahankan kualitas makanan dalam pengiriman jarak jauh atau kondisi cuaca ekstrem.

Metode ini juga mampu mengurangi limbah makanan akibat pembusukan. Dalam jangka panjang, iradiasi bisa berperan penting dalam strategi ketahanan pangan nasional.

Dengan dukungan regulasi yang tepat dan sosialisasi berkelanjutan, iradiasi berbasis listrik bisa menjadi teknologi masa depan yang membantu masyarakat hidup lebih sehat.

“Baca Juga: Transfer Diaz ke Bayern Bisa Buka Jalan Rodrygo ke Liverpool“

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *